Menurut Syamsuddin
Lukman (2011:53) Jumlah utang di dalam neraca
akan menunjukan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahan
.modal pinjaman ini dapat berupa utang jangka pendek maupun utang jangka
panjang, tetapi karena pada umumnya pinjaman jangka panjang ini jauh lebih
besar dibandingkan dengan utang jangka
pendek, maka perhatian analis keuangan biasanya lebih menekankan pada jenis
utang ini.
Pengukuran tingkat
utang perusahaan ( measures of the degree
of indebtedness), yaitu pengukuran “degree
of indebtedness” didasarkan pada data yang berasal dari neraca perusahaan
dan ratio yang biasanya digunakan di dalam pengukuran ini adalah the debt ratio , dan the debt to total
capitalization ratio. Pengukuran
Utang merupakan proses pemberian atribut nilai pada hutang, Atribut nilai yang
diberikan pada hutang adalah nilai moneter. Namun ternyata pengklasifikasian
hutang menjadi lancar dan tidak lancar menjadi pertimbangan dalam pengukuran
hutang. Secara umum hutang akan diukur sebesar nilai sekarang dari hutang
tersebut yang merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan untuk melunasinya
sekarang. Aturan ini lebih tepat untuk hutang tidak lancar. Sementara itu
hutang yang berasal dari kegiatan operasional misalnya hutang gaji dan hutang
usaha, umumnya hutang ini akan segera dilunasi sehingga selisih antara nilai
jatuh tempo dengan nilai sekarang hutang tersebut tidak material. Oleh karena
itu hutang yang berasal dari operasional umumnya untuk tujuan praktis disajikan
sebesar nilai jatuh temponya.
Untuk tujuan pengukuran, baik hutang
lancar maupun tidak lancar dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :
a.
Hutang yang jumlahnya sudah pasti. Contoh dari hutang
ini adalah nominal dari wesel atau obligasi.
b.
Hutang yang jumlahnya harus diestimasi. Dilihat dari
kepastiannya, hutang ini pasti terjadi namun jumlahnya belum diketahui secara
pasti.
c.
Hutang bersyarat (contingent liablility) yaitu
suatu hutang yang akan muncul jika terjadi kejadian lain. Contohnya perusahaan
dituntut di pengadilan oleh perusahaan lain. Perusahaan akan berkewajiban
membayar uang jika pengadilan memenangkan perusahaan yang menuntut tersebut.
Tingkat kemungkinan timbulnya hutang bersyarat dapat dibagi menjadi :
1.
Probable
Tingkat kemungkinannya sangat tinggi dan
bahkan dapat dikatakan hampir pasti. Jika jumlah hutangnya dapat diestimasi
dengan handal, maka hutang ini dicatat, jika jumlahnya sulit diestimasi maka
keberadaan hutang ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
2.
Reasonable posible
Kemungkinan terjadinya 50% atau dapat
terjadi dapat pula tidak. Jika kondisinya demikian cukup diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.
3.
Remote
Kemungkinan terjadinya sangat kecil
sehingga tidak perlu dicatat dan dilaporkan kecuali untuk hutang jaminan
pembayaran hutang walaupun tingkat kemungkinan terjadinya kewajiban kecil
tetapi harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan.
0 Response to "Pengukuran Hutang"
Post a Comment